pada lahan pekarangan, baik dengan pot atau pun lahan-lahan lainnya
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Utara (Pemkot Jakut) mendorong warga setempat untuk menanam cabai secara mandiri melalui pertanian perkotaan sebagai bentuk ketahanan pangan, khususnya saat harga komoditas itu mengalami lonjakan di pasar.
"Salah satu solusi (kenaikan harga cabai) adalah penggalakan budidaya cabai yang bisa dilakukan pada lahan pekarangan, baik dengan pot atau pun lahan-lahan lainnya," kata Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta Utara Unang Rustanto di Jakarta Utara, Selasa.
Penegasan itu terkait dengan tingginya harga bahan pangan seperti cabai rawit merah di Pasar Rawa Badak Utara sudah mencapai Rp100 ribu per kilogram.
Menurut Unang, warga bisa mencontoh keberhasilan lahan pertanian perkotaan di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Unang menjelaskan, pertanian kota menjadi penting bagi Jakarta karena selama ini sekitar 90 persen pemenuhan kebutuhan pangan di Jakarta berasal dari luar DKI Jakarta.
Baca juga: DKI Jakarta gencarkan pertanian perkotaan
Ketika kondisi cuaca kurang menentu, pasokan cabai dari luar Jakarta ke Jakarta pun menjadi berkurang. "Saat seperti itu, wajar jika harga jadi naik berlipat," katanya.
Hal itu karena, katanya, masing-masing daerah berupaya memenuhi stok kebutuhannya secara mandiri, baru kemudian menyuplai ke luar daerah.
Selain itu, katanya, tren kenaikan harga cabai juga terjadi pada saat menjelang hari besar keagamaan seperti Natal dan Tahun Baru sehingga harganya melambung tinggi di Jakarta.
Namun, lanjutnya, akan beda kondisinya jika Jakarta menjadi produsen cabai mandiri lewat sistem pertanian perkotaan (urban farming).
Pemerintah Kota Jakarta Utara telah menyulap lahan tidur di Kampung Bahari, RW 07 Kelurahan Tanjung Priok, Kecamatan Tanjung Priok, menjadi areal pertanian perkotaan.
Baca juga: Wali Kota Jakut sosialisasikan manfaat program pertanian perkotaan
Untuk mengisi area pertanian perkotaan tersebut, pemerintah dan Sudin KPKP Jakarta Utara berkolaborasi dengan kelurahan, perusahaan BUMN dan swasta, serta warga sekitar, menjadikan lahan tersebut produktif dan terbukti sudah tertanam jagung, kangkung, terong, cabai, labu dan tomat, hingga anggur.
Bahkan pada Senin (2/1), sebanyak 50 kilogram kangkung sudah mulai dipanen dari lokasi pertanian perkotaan ini.
Padahal, menurut Camat Tanjung Priok Syamsul Huda, lahan yang digarap itu dulunya bekas gubuk-gubuk peredaran gelap narkotika yang ditertibkan pada Mei 2022.
"Dibukanya lokasi menjadi 'urban farming', sebagai antisipasi, agar lahan tidak dimanfaatkan oleh pengedar narkotika sebagai lapak penjualan seperti kondisi sebelumnya," kata Camat Tanjung Priok pada kesempatan terpisah.
Unang optimistis jika penggalakan pertanian perkotaan ini bisa diikuti pula oleh warga, tentu hasil yang diperoleh nanti untuk kebersamaan warga pula.
Baca juga: Pemkot Jakpus gencarkan pertanian perkotaan
"Hasil cabai bisa langsung dimanfaatkan warga, kangkung begitu juga. Ke depannya, selain memperkecil ruang lingkup peredaran narkotika di tengah perlintasan rel KAI, pertanian kota di Kampung Bahari bisa meningkatkan perekonomian warga juga," kata Unang.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023